Diary Bernoda Merah

Cerpen Karangan: 

Ini sudah kesekian kalinya aku mengubrak-abrik meja belajar dan lemariku. Namun, tetap saja benda berbentuk segi-empat itu tidak kutemukan. Aku coba mengingat-ingat di mana terakhir kali aku meletakkan buku diary itu. Setahu-ku, diary itu kuletakkan di tumpukan buku-buku pelajaran. Kalau tidak salah, semalam aku melihatnya. Tapi kini, ketika dicari, diary itu telah menghilang. Seakan-akan bersembunyi. Seolah-olah ia tidak ingin menerima coretan-coretan tanganku. Ah, kalau begini aku ingat mengenai kisah diary bernoda merah. Apa kalian tahu kisah diary itu? Tidak? Baiklah, baca sampai habis kisah ini…
Aku adalah sebuah buku berukuran sedang dengan theme cover musim semi. Tanpa diberitahu pun, semua orang pasti tahu kalau aku adalah diary. Pemilikku adalah seorang gadis berpenampilan sederhana dan apa adanya. Dengan dua kepangan di rambutnya, sebagai ciri khas gadis itu.
Gadis itu termasuk orang yang pendiam. Di mana pun ia berada, ia selalu terlihat diam saja. Tidak banyak bicara. Di keramaian pun, ia selalu terlihat menyendiri. Orang-orang di sekitarnya mengira bahwa gadis itu mempunyai keterbelakangan mental atau tidak normal. Ada yang mengatakan bahwa gadis itu sombong dan sulit beradaptasi. Ada yang mengatakan bahwa tidak ada yang ingin berdekatan dan berteman dengan gadis itu. Berbagai macam persepsi yang orang tunjukkan untuk gadis pendiam itu.
Namun, siapa yang tahu bahwa gadis itu selalu mengekspresikan perasaannya melalui sebuah tulisan. Setiap waktu, setiap hari, dalam setiap keadaan, gadis itu selalu menulis apapun yang ia rasakan di dalam diriku. Hingga suatu ketika, gadis itu mulai merasakan apa yang sewajarnya dirasakan oleh setiap manusia. Perasaan yang manusiawi. Cinta. Ya, gadis itu jatuh cinta. Diriku penuh akan rangkaian kata cinta yang dirasakannya.
Dear diary…
Untuk pertama kali aku melihat dirinya. Apa kau tau? Ada sesuatu yang berbeda saat aku menatapnya. Wajahnya itu.. Ahh, rasanya aku ingin senyum-senyum sendiri saat wajah dinginnya itu terlintas di pikiranku. Pasti kau heran, kan? Bagaimana bisa aku menyukai laki-laki berwajah dingin? Tapi, begitulah kenyataannya. Aku sendiri pun tidak mengerti. Eits, tunggu.. apa yang barusan kukatakan tadi? Aku menyukainya? Haha. Aku rasa aku terlalu terburu-buru mendeskripsikan perasaanku. Aku tidak tahu, akan kubawa ke mana perasaan yang aneh ini. Aku hanya berharap, semoga rasa ini berakhir indah.
Dear diary…
Rasa penasaranku bertambah terhadap laki-laki berwajah dingin itu. Bagaimana tidak? Aku selalu dipertemukan dengannya. Aku tidak mengerti, bagaimana ini bisa terjadi. Di mana pun aku berada, laki-laki berwajah dingin itu pun ada di dekatku. Haha, tidak-tidak. Sepertinya aku terlalu berlebihan. Mungkin ini hanya sebuah kebetulan. Iya kan, diary?
Dear diary…
Ini bukan suatu kebetulan! Aku yakin, pasti ada suatu alasan mengapa takdir terus mempertemukan aku dengan laki-laki berwajah dingin itu. Pagi tadi, saat upacara bendera akan dimulai, aku hanya ingin memastikan apakah laki-laki berwajah dingin itu ada di sekitarku atau tidak. Aku mencari keberadaannya. Namun, aku tidak menemukan sosok dirinya. Saat itu, aku benar-benar yakin bahwa pertemuanku dengan dia hanyalah sebuah kebetulan. Lalu, kau tahu apa yang selanjutnya terjadi, diary? Aku menginjak sepatu seseorang karena aku berjalan mundur. Lebih tepatnya, aku terdorong oleh orang yang ada di depanku dan membuat tubuhku terdorong ke belakang. Yang kulakukan saat itu adalah bersiap-siap mendengar omelan dari seseorang yang sepatunya kuinjak itu. Selang beberapa waktu, aku tidak mendengar apapun dari orang itu. Saat aku menolehkan kepalaku ke belakang, saat itulah rasanya aku ingin pingsan! Diary, apa kau tahu? Ternyata laki-laki berwajah dingin itu ada di belakangku. Dan sepatu yang terkena injakanku tadi adalah sepatunya! Aku bisa merasakan pipiku yang mulai menghangat. Ah, ada apa ini! Seluruh tubuhku ikut bergetar, terutama jantungku. Diary, tolong beritahu kepadaku! Apakah ini yang namanya jatuh cinta?
Dear diary…
Cinta memang tidak mengenal waktu ya, diary? Cinta datang secara tiba-tiba, kapan saja dan kepada siapa saja. Bahkan kepada orang yang tidak kita kenal sekalipun. Cinta bisa membuat siapa saja yang merasakannya menjadi gila. Mulai dari senyum-senyum sendiri, selalu memikirkan tentang dirinya, selalu membayangkan sosok dirinya, dan masih banyak lagi. Diary, aku belum mengetahui nama laki-laki berwajah dingin itu. Aku harus mencari tahu itu, bukan hanya nama, tapi semua tentang laki-laki berwajah dingin itu.
Dear diary…
Aku tau namanya! Aku tau kelasnya! Aku tau ekskul yang diikutinya! Aku tau teman-temannya! Aku tau rumahnya! Aku tau tanggal lahirnya yang hanya berjarak 3 hari dari tanggal lahirku. Aku tau kesukaannya! Aku tau sifat aslinya! Aku tau semuanya, diary!
Dear diary…
Aku bahagia sekali, diary! Untuk pertama kalinya dia menatapku. Apa ini artinya dia sudah tau bahwa aku menyukainya? Oh, aku sungguh-sungguh bahagia.
Dear diary…
Apa aku salah? Apa aku salah telah mencintai laki-laki berwajah dingin itu? Apa aku telah melakukan sebuah kesalahan karena telah mencintai laki-laki berwajah dingin itu? Saat jam istirahat tadi, aku menghabiskan waktu di perpustakaan. Ada seorang perempuan cantik berseragam putih abu-abu menghampiriku. Perempuan itu menyuruhku untuk berhenti mencintai laki-laki berwajah dingin itu. Perempuan itu juga mengancamku, jika aku tidak berhenti menyukai laki-laki berwajah dingin itu, maka aku akan celaka. Aku tak habis pikir, diary! Ternyata bukan cuma aku yang menyukai laki-laki berwajah dingin itu. Perempuan itu pun menyukainya. Sampai-sampai ia mengancam untuk mencelakaiku. Haha, aku tidak ingin ambil pusing. Ini tentang perasaanku, bukan orang lain. Tapi, bagaimana perempuan itu bisa tau kalau aku menyukai laki-laki berwajah dingin itu?
Dear diary…
Coba tampar pipiku, diary! Ayo tampar! Ah, aku lupa. Kau mana mungkin bisa menamparku. Hehe, aku hanya ingin memastikan apakah aku hanya bermimpi, atau ini benar-benar merupakan suatu kenyataan. Laki-laki berwajah dingin itu mengantarku pulang sekolah tadi. Kebahagiaanku sungguh tidak bisa kulukiskan dengan sebuah kata-kata. Dan yang lebih membahagiakan lagi, nanti malam dia akan menjemputku, dia akan mengajakku makan malam. Ini benar-benar diluar dugaanku, diary! Aku kira dia tidak menyukai gadis sepertiku. Tapi, ternyata lihatlah! Secepat itu dia mengajakku makan malam. Rasanya aku tidak sabar untuk malam nanti. Sekarang, aku ingin menyiapkan baju yang akan kupakai malam nanti.
Dear diary…
Aku sudah siap! Lihat penampilanku sekarang. Apakah sudah sempurna, diary? Huftt, aku merasa tegang sekali, diary. Sebelumnya aku tidak pernah pergi makan malam bersama laki-laki yang aku cintai. Tapi, mengapa dia lama sekali datangnya? Lebih baik aku menunggu di sini saja, di kamarku. Aku merasa malam ini benar-benar dingin. Hmm.. apa kau mendengar sesuatu, diary? Aku mendengar seperti langkah kaki seseorang. Ah, mungkin ini hanya halusinasiku saja. Aku sendirian di rumah ini. Kedua orangtuaku sedang ada urusan diluar kota. Semua pintu di rumah ini juga sudah aku kunci. Jadi, mana mungkin orang bisa masuk ke dalam rumahku. Tapi, mengapa suara langkah kaki itu semakin jelas dan dekat? Aku mulai merasa takut, diary. Bagaimana ini? Hah, ada yang membuka pintu kamarku. Oh Tuhan, aku tidak berani melihat ke belakang. Diary, bantu akuuu!!!
Itu adalah tulisan terakhir gadis pendiam itu di dalam diriku. Malam itu, sebelum aku terpelanting ke bawah kolong tempat tidurnya, aku melihat tubuhnya penuh dengan darah. Aku ingin sekali membantunya. Tapi, aku tidak berdaya. Aku hanyalah sebuah buku yang tidak bisa bergerak. Kasihan sekali gadis itu. Siapa yang tega melakukan ini terhadapnya? Ah, ternyata dia! Laki-laki berwajah dingin.
Ya, seperti itulah kisahnya. Benar-benar tidak masuk akal. Ah, sudahlah. Aku tidak ingin memikirkan kisah itu. Aku harus melanjutkan pekerjaanku mencari buku diaryku. Nah, ini dia!!!! Tapi, bagaimana bisa diaryku berada di bawah tempat tidurku? Mungkin saja buku itu terjatuh saat aku menaruhnya di atas kasur.
Aku membuka buku diaryku. Sudah lama sekali aku tidak menulis di sini. Diary, apa kau rindu padaku? Hehe.
Tapi.. ada apa ini? Mengapa diaryku penuh dengan noda? Mengapa diaryku bernoda merah?
Sumber : Cerpenmu

Leave a comment